SELALU ADA SISI YANG LAIN DARI
GUNUNG MERAPI
Oleh
Muchlis Nurdiyanto (Bumi Research ‘HMTG BUMI’ STTNAS Yogyakarta)
Email : bumiresearch@gmail.com
G
|
unung Merapi adalah salah satu dari 127 gunungapi
aktif di Indonesia. Banyak aspek yang membuat sang Merapi menarik untuk
ditelisik, yang pertama tentu saja aktivitas vulkaniknya. Selain itu Merapi
terletak di bagian tengah pulau Jawa tepat berada di jantung budaya Jawa yang
kental akan aspek kultural, mitologi dan aspek sosial politiknya yang menarik.
Sang Merapi tampak gagah menjulang tinggi yang selalu memberikan spiritnya
untuk penduduk sekitar. Fenomena alam yang mampu memberikan sumber kehidupan
yang baik dari kesuburan tanahnya dan kenyamanan untuk bertempat tinggal di
sana.
Erupsi Gunung Merapi terjadi relatif sering hal
ini ditengarai karena faktor geometri internal sistem vulkanis. Dari data
kegempaan Merapi tahun 1991 terlihat bahwa distribusi gempa Merapi lateral
tidak jauh dari garis vertikal puncak Merapi ke bawah dan tidak tersebar luas.
Pada kedalaman 1.5 - 2 km di bawah puncak tidak dijumpai adanya hiposenter
gempa, demikian pula pada kedalaman >5 km. Gempa volkano-tektonik (VT)
memerlukan medium yang solid dan bisa patah (brittle) sehingga zona-zona tidak terdapat hiposenter dianggap zona
yang lembek (ductile) karena pengaruh
suhu tinggi magma.
Gambar 1. Penampang
skematik dari struktur geometri internal Merapi. Dimensi kantong magma (atas)
dan dapur magma (bawah) adalah perkiraan (Badan
Geologi)
Dalam proses perjalanan menuju ke permukaan magma
memasuki zona kantong magma, Di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang
menentukan sifat khas Merapi. Karena letaknya relatif dekat maka kenaikan
tekanan di dapur magma akan menyebabkan aliran magma menuju kantong magma di
atasnya. Dalam hal ini kantong magma berfungsi sebagai katup bagi magma yang
naik ke permukaan.. Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma akan
keluar dalam bentuk erupsi explosive atau efusif berupa pembentukan kubah lava.
Volume produk yang dikeluarkan kira-kira sebesar 0.1% dari volume kantong/dapur
magma.
Produk erupsi Merapi rata-rata 10 juta m3 dalam
suatu erupsi, bahkan sering di bawah 4 juta m3 yang artinya volume kantong
magma relative kecil. Sangat kecil bila dibandingkan dengan Kilauea dan Reunion
yang dalam sekali fase erupsi mengeluarkan masing–masing >40 juta m3 dan 100
juta m3 lava. Kantong magma dangkal di Merapi menyebabkan hanya dengan
peningkatan tekanan yang tidak terlalu besar sudah dapat mengalirkan magma
cukup lancar sampai permukaan tanpa perlu waktu panjang.
Gambar 2. Foto erupsi merapi 2010 (kompas)
Serangkaian erupsi Gunung Merapi yang diawali
pada tanggal 26 Oktober 2010 hingga mencapai puncak letusan terbesar 5 November
2010 menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di empat kabupaten yaitu
Magelang, Boyolali, Klaten, dan Sleman. Serangkaian erupsi tersebut menelan
korban sebanyak 386 dengan jumlah pengungsi 399408 pada puncak masa pengungsian
(BNPB, 2010b).
Untuk mempertahankan dampak positif Gunung Merapi
dan menekan dampak negative Gunung Merapi, penanggulangan bencana dengan
pendekatan pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara sistematis agar tercapai
hasil yang maksimum. Penanggulangan
bencana Merapi akan berhasil dengan baik
apabila dilakukan secara
terpadu antara pemantauan Merapi
yang menghasilkan data yang akurat secara visual dan
instrumental, peralatan yang modern,
sistem peringatan dini,
peralatan komunikasi yang bagus dan didukung oleh pemahaman yang benar
dan kesadaran yang kuat dari masyarakat untuk melakukan penyelamatan diri.
Sang
Merapi sebuah anugerah Tuhan yang tiada terkira. Tetapi bagaimanapun selalu ada
sisi yang lain dari Merapi. Keganasan Merapi kadang terjadi dan kita harus
menyiapkan sistem migitasi bencana yang tepat agar kejadian kelam sebelumnya
tidak terulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar