Selasa, 26 April 2016

SELALU ADA SISI YANG LAIN DARI GUNUNG MERAPI



  SELALU ADA SISI YANG LAIN DARI
GUNUNG MERAPI
Oleh Muchlis Nurdiyanto (Bumi Research ‘HMTG BUMI’ STTNAS Yogyakarta)
Email   : bumiresearch@gmail.com


G
unung Merapi adalah salah satu dari 127 gunungapi aktif di Indonesia. Banyak aspek yang membuat sang Merapi menarik untuk ditelisik, yang pertama tentu saja aktivitas vulkaniknya. Selain itu Merapi terletak di bagian tengah pulau Jawa tepat berada di jantung budaya Jawa yang kental akan aspek kultural, mitologi dan aspek sosial politiknya yang menarik. Sang Merapi tampak gagah menjulang tinggi yang selalu memberikan spiritnya untuk penduduk sekitar. Fenomena alam yang mampu memberikan sumber kehidupan yang baik dari kesuburan tanahnya dan kenyamanan untuk bertempat tinggal di sana.
Erupsi Gunung Merapi terjadi relatif sering hal ini ditengarai karena faktor geometri internal sistem vulkanis. Dari data kegempaan Merapi tahun 1991 terlihat bahwa distribusi gempa Merapi lateral tidak jauh dari garis vertikal puncak Merapi ke bawah dan tidak tersebar luas. Pada kedalaman 1.5 - 2 km di bawah puncak tidak dijumpai adanya hiposenter gempa, demikian pula pada kedalaman >5 km. Gempa volkano-tektonik (VT) memerlukan medium yang solid dan bisa patah (brittle) sehingga zona-zona tidak terdapat hiposenter dianggap zona yang lembek (ductile) karena pengaruh suhu tinggi magma. 
 
Gambar 1.  Penampang skematik dari struktur geometri internal Merapi. Dimensi kantong magma (atas) dan dapur magma (bawah) adalah perkiraan (Badan Geologi)
Dalam proses perjalanan menuju ke permukaan magma memasuki zona kantong magma, Di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang menentukan sifat khas Merapi. Karena letaknya relatif dekat maka kenaikan tekanan di dapur magma akan menyebabkan aliran magma menuju kantong magma di atasnya. Dalam hal ini kantong magma berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan.. Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma akan keluar dalam bentuk erupsi explosive atau efusif berupa pembentukan kubah lava. Volume produk yang dikeluarkan kira-kira sebesar 0.1% dari volume kantong/dapur magma.
Produk erupsi Merapi rata-rata 10 juta m3 dalam suatu erupsi, bahkan sering di bawah 4 juta m3 yang artinya volume kantong magma relative kecil. Sangat kecil bila dibandingkan dengan Kilauea dan Reunion yang dalam sekali fase erupsi mengeluarkan masing–masing >40 juta m3 dan 100 juta m3 lava. Kantong magma dangkal di Merapi menyebabkan hanya dengan peningkatan tekanan yang tidak terlalu besar sudah dapat mengalirkan magma cukup lancar sampai permukaan tanpa perlu waktu panjang.
 
Gambar 2. Foto erupsi merapi 2010 (kompas)
Serangkaian erupsi Gunung Merapi yang diawali pada tanggal 26 Oktober 2010 hingga mencapai puncak letusan terbesar 5 November 2010 menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di empat kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten, dan Sleman. Serangkaian erupsi tersebut menelan korban sebanyak 386 dengan jumlah pengungsi 399408 pada puncak masa pengungsian (BNPB, 2010b).
Untuk mempertahankan dampak positif Gunung Merapi dan menekan dampak negative Gunung Merapi, penanggulangan bencana dengan pendekatan pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara sistematis agar tercapai hasil yang maksimum. Penanggulangan  bencana Merapi  akan  berhasil dengan  baik  apabila dilakukan  secara terpadu  antara pemantauan  Merapi  yang menghasilkan  data  yang akurat secara visual  dan  instrumental,  peralatan  yang modern,  sistem  peringatan  dini,  peralatan komunikasi yang bagus dan didukung oleh pemahaman yang benar dan kesadaran yang kuat dari masyarakat untuk melakukan penyelamatan diri.
            Sang Merapi sebuah anugerah Tuhan yang tiada terkira. Tetapi bagaimanapun selalu ada sisi yang lain dari Merapi. Keganasan Merapi kadang terjadi dan kita harus menyiapkan sistem migitasi bencana yang tepat agar kejadian kelam sebelumnya tidak terulang kembali.